BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan
manusia diperoleh dari dua arah, yaitu dari atas dan dari bawah.Dari atas
maksudnya dari wahyu yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, sedangkan dari bawah
maksudnya dari realitas yang ada di alam ini melalui pengamatan, pendengaran,
perasaan, dan pengalaman.Wahyu yang mengandung pengetahuan yang tak terhingga,
yang tak pernah habis dikaji sekalipun manusia melakukan pengkajian sepanjang
sejarah kehidupannya.
Tanda-tanda
ada-Nya Tuhan, memang dapat dikenali akal melalui fenomena alam ini, tetapi
siapa Tuhan itu, bagaimana Tuhan itu, dan apa yang harus manusia lakukan kepada
Tuhannya, adalah persoalan pelik yang tidak mungkin diketahui secara pasti oleh
akal manusia. Itulah sebabnya Allah mengajarkan kepada manusia tentang apa yang
tidak diketahuinya, sedangkan pengetahuan itu diperlukan manusia dalam
hidupnya.
Dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, manusia hanyalah subyek yang menemukan,
mengolah, dan merumuskan sehingga lahir sebuah teori.Manusia bukanlah pencipta,
atau pembuat dari tidak ada menjadi ada.Sekecil dan sesederhana apapun ilmu
pengetahuan itu, sumbernya tetap dari Alla SWT.Karena itu manusia dilarang
menyembongkan diri, seakan-akan dialah yang menghasilkan ilmu itu tanpa campur
tangan Allah.Manusia dilarang mengingkari ayat-ayat, bukti-bukti kebenaran yang
Allah tunjukan kepada manusia itu.
Ilmu
pengetahuan yang berkembang saat ini, baik tentang manusia atau alam secara
keseluruhan, hanyalah merumuskan hokum-hukum, prinsip-prinsip yang telah adadi
alam, yang oleh Allah di dalam al-Qur’an disebut “Sunnatullah”.Dari hokum dan prinsip yang ada di alam itu para
ilmuwan mengembangkan teori. Apabila kini orang mengatakan ilmu pengetahuan dan
juga teknologinya sudah maju dengan pesat, sudah mencapai tingkat yang sangat
mengagumkan, kita tidak dapat membuat kalkulasi berapa persen pengetahuan yang
telah mampu digali oleh manusia dari pengetahuan yang Allah turunkan dalam
bentuk wahyu dan dalam bentuk sunnatullah. Manusia tidak dapat membuat prediksi
kandungan pengetahuan di alam ini.Setiap masa, ilmuwan selalu menghasilkan
penemuan-penemuan baru diberbagai bidang, diberbagai disiplin ilmu.
Untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang bersumber dari alam ini, Allah
memerintahkan agar kita selalu menggalinya, melakukan perjalanan, pengamatan,
penelitian.Namun dalam malakukan hal tersebut, kita tetap harus selalu
mengaitkannya dengan sumber ilmu pengetahuan dari Allah yaitu Al-Qur’an.Hal ini
berkaitan dengan pandangan ilmu tauhid dalam penggalian ilmu pengetahuan yang
ada di alam ini.Sehingga dalam penemuannya, ilmu pengetahuan yang baru tetap pada
batasan ketauhidan dalam Islam.
1.2 Rumusan
Masalah
Dengan memperhatikan
latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang
diinginkan, maka penulis mengemukakan
bebe-rapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah:
1)
Apa Pengertian dari Tauhid dan IPTEK?
2)
Bagaimanakah keterkaitan antara IPTEK
dan Ketauhidan?
3)
Bagaimanakah peran Tauhid dalam
perkembangan IPTEK?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1)
Untuk mengetahui konsep mengenai Tauhid
dan IPTEK
2)
Mengetahui keterkaitan antara IPTEK dan
Ketauhidan
3)
Mengetahui peran Tauhid dalam
perkembangan IPTEK
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat di
peroleh dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1)
Mahasiswa dapat memahami konsep Tauhid
dan IPTEK
2)
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
keterkaitan antara IPTEK dan Ketauhidan
3)
Mahasiswa dapat memahami peran Tauhid
dalam perkembangan IPTEK
1.5 Ruang
Lingkup
Makalah ini membahas
tentang pandangan ilmu tauhid yang dikaitkan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan membahas secara rinci mengenai peran
tauhid dalam perkembangan IPTEK masa kini
BAB
II
METODE
PENULISAN
2.1 Objek
Penulisan
Objek penulisan makalah
adalah mengenai pandangan dunia tauhid dan perannya dalam perkembangan IPTEK.
Dalam makalah ini dibahas bagaiamana
keterkaitan antara ilmu tauhid dengan perkembangan IPTEK serta apa saja
perannya tauhid dalam perkembangan IPTEK.
2.2 Dasar
Pemilihan Objek
Makalah ini membahas
tentang pandangan dunia tauhid dan perannya dalam perkembangan IPTEK.Dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara Islam harus selalu dikaitkan
dengan ilmu tauhid, sehingga dalam perkembangannya tetap berada pada
batasan-batasan keislaman.Sehingga dalam mengembangannya, mahasiswa harus lebih
mengetahui dan memahami ketrkaitan antara ilmu tauhid dan perannya dalam
perkembangan IPTEK.
2.3 Metode
Pengumpulan Data
Dalam pembuatan makalah
ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap
bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam
makalah ini yaitu dengan tema keterkaitan dunia tauhid dengan perkembangan
IPTEK. Sebagai referensi juga diperoleh dari situs web internet yang membahas
mengenai pandangan dunia tauhid den perannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2.4 Metode
Analisis
Penyusunan makalah ini
berdasarkan metode deskriptif analistis, yaitu mengidentifikasi permasalahan
berdasarkan fakta dan data yanag ada, menganalisis permasalahan berdasarkan
pustaka dan data pendukung lainnya, serta mencari alternatif pemecahan masalah.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Konsep
Tauhid
Tuhan
adalah sesuatu yang dianggap penting oleh manusia sedemikian rupa sehingga
manusia merelakan dirinya menyembahnya.arti dari dianggap penting merupakan
pengertian luas yang mencakup didalamnya yang dipuja, diagungkan, diharapkan
dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan
dan termasuk pula sesuatu yang mendatangkan kerugian atau bahaya.
Tauhid
berasal dari kata ’’ wahada – yuwahhidu’’ yang berarti menjadikan sesuatu tunggal. Tauhid adalah
konsep yang mengesakan Allah , tuhan yang tiada sekutu baginya yang memiliki
segala sifat kesempurnaan , kesucian, kebesaran dan keadilan.
Dalam
konsep ketuhanan islam Tuhan merupakan zat yang tunggal dalam wujud,
kesempurnaann , kemuliaann dan keagungan. Kesaan Tuhan merupkan syarat yang
absolut dalam konsep ketuhanan islam . Otoritas ontologis tertinggi berada pada
zat Tuhan , sehinngga tak satupun ada yang menyamai tuhan. Hal ini sesuai
dengan iplementasi dari makna dua kalimat syahadat yang menagatakan bahwa tiada
tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai utusan NYA. Sesuai dengan Q.S AL-NAHL
ayat 2 yang berarti “ Tuhanmu adalah
satu”.
Tauhid
dapat berarti keyakinan atas relitas tunggal, tanpa ada sekutu baginya dalam
zat, sifat dan pernuatanNYA serta tidak ada yang menyamainya.Tauhid merupakan
konsep dasar agama samawi yang artinya semua nabi dan rasul yang diutus Allah
mereka semua membawa ajaran Tauhid. Hal ini sesuai dengan Q.S AL-ANBIYA ayat ke 25 yang artinya ”Dan kami tidak
mengutus seorang rasulpun sebelum kamu misalkan kami wahyukan kepadanya.
“Bahwasannya tidak ada tuhan selain Aku , maka sembahlah olehmu kalian akan
Aku.”
Pembagian
tauhid secara teoristis dan praktis .tauhid teoritis meliputi tauhid zat,
tauhid sifat dan tauhid perbuatan. Sedangkan tauhid praktis adalah tauhid
ibadah dan merupakan aktualisasi dari tauhid teoristis , sehingga keduanya
merupakan satu- kesatuan yang tak dapat terpisahkan. Tauhid teoristis
·
Tauhid Zat
Mengetahui bahwa Allah adalah Esa dalam
zatnya. Dia adalah wujud yang maha kaya yang tidak bergantung pada apapun
dan siapa pun. Malah setiap sesuatu yang
bergantung kepada-NYA.
·
Tauhid Sifat
Mengetahui bahwa zatnya adalah
sifat-sifat-NYA sendiri. Berbagai sifatnya tidak terpisah satu sama lain,
dengan demikian tauhid sifat adalah menafikan adanya adanya pluralitas dari zat
itu sendiri.
·
Tauhid Perbuatan
Bahwa alam raya dan segala sistemnya
merupakan perbuatan dan karya-NYA dan timbul dari kehendak-NYA oleh karena itu
segala yang ada pada alam raya ini hakekatnya tidak mandiri dalam konteks sebab
akibat apapun tetapi ada yang menciptakannya. Dari konsep ini dapat ditegaskan
bahwa keyakinan manusia dan makhluk lainnya untuk dapat berbuat dengan kehendak-NYA
secara murni dan mandiri merupakan keyakinan akan adanya sekutu bagi Allah baik
dari segi Zat-NYA maupun Perbuatan-NYA
Tauhid
Praktis
Pengetahuan tentang keesaan Allah baik dari segi
Zatnya, sifat-sifatnya, dan Perbuatannya, tauhid ibadah adalah ketaatan hanya
ditunjukan kepada Allah semata.Hidup atau mati, setiap gerak dan diam atau
semua aktifitas hanya ditunjukan kepada Allah.Tauhid praktis adalah
sesungguhnya ibadah kepada Allah yaitu menjalankanasegala perintah-NYA dan
menjauhi segala larangan-NYA demi mencapai pensucian dan pengagungan kepada
Allah.
Tauhid
uluhiyyah digambarkan dalam kalimat “ la
ilah illah Allah” yang berarti tiada tuhan selain Allah. Kata ilah mengandung makna pokok yang
disembah. Dengan demikian makna kata la
ilah illah allahadalah tidak ada
tuhanyang disembah selain Allah. Penggunaan kata ilah pada Al-Quran lebih banyak menujuk makna penguasa, pengatur
alam semesta dan dalam genggaman-NYA lah segala sesuatu.
Para
ulama menegaskan bahwa mengesakan Allah adalah meninggalkan perbuatan syirik
baik kecil maupun besar, diantara konsekuensi dari pengucapan kalimat tauhid
itu adalah mengetahui kandungan maknanya kemudian mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
3.2 Konsep
IPTEK
Berbagai definisi tentang sains,
teknologi dan seni telah diberikan oleh para filosuf, ilmuwan dan kebudayaan
seolah-olah mereka mempunyai definisi masing-masing sesuai dengan apa yang
mereka senangi. Sains di Indonesia menjadi ilmu pengetahuan, sedangkan dalam
sudut pandang filsafat ilmu pengetahuan dan ilmu sangat berbeda maknanya.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan
panca indera, intuisi dan firasat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasi , di organisasi, di sistematisasi , dan di interpretasi sehingga
menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji
ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan.Karena itu
segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai cirri kejelasan.Kata ilmu
dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al Qur’an. Kata ini digunakan
dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan sehingga
memperoleh kejelasan.
Dalam kajian filsafat, setiap ilmu
membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu seseorang yang
memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedang orang yang banyak
tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. Karena keterbatasan kemampuan
manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara
mendalam .
Istilah teknologi merupakan produk ilmu
pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsure
budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada
dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik, obyektif dan netral, dalam
situasi tertentu teknologi tidak netral karena memiliki potensi untuk merusak
potensi kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi.
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa
kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak
negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan
lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.Netralitas teknologi dapat
digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dan atau
digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.
Seni adalah hasil ungkapan akal dengan
segala prosesnya.Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang.Hasil ekspresi jiwa
tersebut menjadi bagian dari budaya manusia.Seni identik dengan
keindahan.Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki
nilai yang sama yaitu keabadian.
Benda-benda yang diolah secara kreatif
oleh tangan-tangan halus sehingga muncul sifat-sifat keindahan dalam pandangan
manusia secara umum, itulah sebagai karya seni. Seni yang lepas dari
nilai-nilai Ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan
akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang
yang kematangan jiwanya terus bertambah.
Dalam pemikiran sekuler, perennial
knowledge yang bersumber dari wahyu Allah tidak diakui sebagai ilmu, bahkan
mereka mempertentangkan antara wahyu dengan akal, agama dipertentangkan dengan
ilmu.Sedangkan dalam ajaran Islam wahyu dan akal, agama dan ilmu harus sejalan
tidak boleh dipertentangkan.Memang demikian adanya karena hakikat agama adalah
membimbing dan mengarahkan akal.
3.3 Peran
Tauhid Dalam IPTEK
Perlu
diketahui bahwa ajaran islam ada masalah-masalah yang termasuk
ta’abbudi(semata-mata ibadah) dan ada masalah ta’qulli(dapat diakali) walaupun
tidak semua demikian. Sebagai contoh berwudlu, mengapa dalam berwudlu itu yang
harus dibasuh hanya bagian-bagian tertentu saja, ini namanya ta’abbudi.Akan
tetapi berwudlu itu sendiri tidak bertentangan dengan akal bahkan dapat
dimengerti dan dicari hikmahnya, ini ta’qulli. Maka antara wahyu Allah dan ilmu
dapat bertemu dan ilmu dapat dapat mendukung kebenaran wahyu, perpaduan kedua
unsur ini adalah ajaran islam.
Ilmu pengetahuan dilandaskan pada keyakinan bahwa
pengalaman dan upaya daya akal budi itu absah.Teori ilmu pengetahuan
dipengaruhi dan ditetapkan secara kuat oleh logika.Manusia memperoleh
pengetahuan bukan saja untuk menguasai alam tetapi juga membawa dia ke arah
kehidupan yang mempunyai nilai-nilai tertentu.Ilmu pengetahuan merupakan ranah
profan.Pengetahuan yang disusun oleh sains bersifat temporal dan
pragmatis.Sains tidak bermaksud untuk menemukan kebenaran yang bersifat abadi
melainkan cukup kebenaran yang bersifat sementara, yang fungsional dalam kurun
waktu tertentu.
Sains dalam
tiap bentuknya hanya sekali datang dan dimiliki oleh manusia.Sains harus
diturunalihkan dalam pertalian langsung dari satu generasi ke generasi
berikutnya, sehingga magi selalu dikuasai oleh sekelompok spesialisasi saja.
Agama dimaksudkan untuk semua, dimana setiap orang bisa ambil bagian serta
aktif dengan peran yang sama. Pada saatnya mereka yang diinisiasi akan
menginisiasi, meratapi dan mengenang roh sebagai spirit.
Untuk memperjelas
tentang pandangan islam terhadap ilmu, diterangkan ayat-ayat berikut:
QS.
Az zumar:9QS,AliImran:18.QS.
Al Mujadalah :11 QS.Al-Fathir:28 QS.At-taubat:122.
Hubungan
antara Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan bukan dengan melihat, misalnya, adakah
teori relativitas atau bahasan tentang angkasa luar; ilmu computer tercantum
dalam al-Qur’an; tetapi yang lebih utama adalah adakah jiwa ayat-ayatnya
menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah satu ayat
Al-Qur’an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan?
Selanjutnya beliau menerangkan : ‘’Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya
terbatas dalam bidang-bidang tesebut, tetapi tergantung pula pada sekumpulan
syarat-syarat psikologis dan sosial yang mempunyai pengaruh negatif dan positif
sehingga dapat menghambat kemajuan ilmu pengetahuan atau mendorongnya lebih
jauh’’.
Peran Islam dalam perkembangan iptek
pada dasarnya ada 2 (dua), yaitu:
a. Menjadikan Aqidah Islam sebagai
paradigma ilmu pengetahuan.Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah
Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu
pengetahuan. Sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh
diamalkan.
b. Menjadikan Syariah Islam (yang lahir
dari Aqidah Islam) sebagai standar
bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria
inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang.
bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria
inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang.
AKIDAH TAUHID DALAM PRINSIP SAINS
1. Tauhid sebagai prinsip Sejarah
Tauhid menempatkan kita pada suatu kehidupan di mana kita harus hidup dengan
etika dalam peerbuatan maupun tindakan.Etika yang bagaimana?Yaitu etika yang
sebagai manusia yang bermoral dan beragama yang dapat diukur melalui
keberhasilan yang kita peroleh dalam mengisi ruang dan waktu, dalam dirinya
maupun dalam lingkungan dimana kita tinggal.
2. Metafisika
Tujuannya adalah untuk memungkinkan manusia untuk melakukan kebaikan dan
mencapai kebahagiaan.Dengan sendirinya tauhid merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan penghapusan ketakutan yang bekerja di samping Tuhan. Tauhid
mengumpulkan seluruh benang yang rajut dan mengembalikan kepada Tuhan, bukan
kepada kekuatan lain.
3. Psiko-sosial
Islam merupakan agama yang sesuai ruang dan waktu. Islam menghendaki agar
manusia dapat menenuhi kebutuhannya secara wajar, seperti makan, minum, rumah
yang nyaman, mengubah dunia menjadi sebuah taman yang indah, menikmati seks,
pesahabatan yang baik dalam kehidupan, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan
mengelola alam membangun hubungan social yang harmonis.
4. Tauhid sebagai etika
Tauhid menegaskan bahwa Tuhan telah menciptakan manusia yang paling baik dengan
tujuan untuk mengabdi kepadaNya.Amanat dari Tuhan tersebut merupakan pemenuhan
unsur etika dari kehendak ilahi yang sifatnya harus direalisasikan dengan
kemerdekaan, dan manusia adalah satu-satunya mahluk yang dapat melakukan itu.
5. Tauhid sebagai Estetika
Tauhid
meupakan pemisahan secara ontologis antara Tuhan dan seluruh sifat alam. Segala
bentuk Ciptaan Allah adalah mahluk yang tidak transenden, serta tunduk dan
patuh terhadap hukum ruang dan waktu, Tauhid tidak betentangan dengan seni,
sebaliknya tauhid mendorong kita pada pengambangan nilai keindahan dalam
kehidupan.
3.4 Islamisasi
IPTEK
Sebuah
agenda Islamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak lain adalah proses
pengembalian atau pemurnian ilmu pengetahuan yang ada kepada prinsip yang
hakiki, yakni tauhid, kesatuan makna kebenaran dan kesatuan sumber. Dari ketiga
proses ini lah kemudian diturunkan aksiologi (tujuan), epistemologi
(metodologi) dan ontologi (obyek) ilmu pengetahuan.Melalui prinsip pertama (tauhid),
ilmu pengetahuan tidaklah dimanfaatkan pada praktis, tetapi juga dimanfaatkan untuk
memahami eksistensi yang hakiki dari alam dan manusia. Ilmu pengetahuan terus
dikembangkan dengan tetap berpegang bahwa Allah swt adalah sumber dari segala
sumber ilmu pengetahuan.Dengan itu, ilmu pengetahuan selalu mengantarkan umat
pada peningkatan keimanan.Hal tersebut ditegaskan oleh Kuntowijoyo bahwa ada 3
macam kesatuan yakni kesatuan pengetahuan, kesatuan kehidupan, dan kesatuan
sejarah.Kesatuan pengetahuan berarti pengetahuan harus menuju kebenaran yang satu.Kesatuan
hidup berarti hapusnya perbedaan antara ilmu yang sarat nilai dengan ilmu yang
bebas nilai.Sementara kesatuan sejarah artinya pengetahuan harus mengabdi
kepada umat dan pada manusia. Prinsip kedua
(kesatuan makna kebenaran) akan membebaskan ilmu pengetahuan dari
sekularisme. Dengan prinsip ini tidak akan ada lagi istilah kebenaran ilmiah
dan kebenaran relijius. Yang ada adalah kebenaran tunggal, baik kebenaran
ilmiah maupun kebenaran relijius. Prinsip ini akan melahirkan kompromi dan
interaksi yang terus menerus antara hasil-hasil ilmu pengetahuan dengan
interpretasi kajian syari’ah. Interpretasi syari’ah tentang realitas diuji oleh
hasil-hasil ilmu pengetahuan. Demikian pula sebaliknya, hasil ilmu pengetahuan
akan diuji oleh hasil kajian syari’ah. Hal ini dikarenakan kebenaran tunggal
datang dari Allah swt.Prinsip ketiga menjadikan alam dan Al-Qur’an
sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Dengan
demikian, kedua sumber ilmu pengetahuan, baik ayat kauniyah maupun ayat qouliyah
memiliki posisi yang penting dalam mencapai kebenaran. Prinsip ini menopang
prinsip kedua, karena ayat-ayat Allah selalu benar sehingga tidak ada
kontradiksi antara keduanya.Jika belum terjadi ketidaksesuaian, maka kesalahan
terletak pada manusia dalam memformulasikan ayat kauniyah atau dalam
melakukan interpretasi ayat qouliyah.Bukan pada ayat-ayat itu sendiri.
Jika
menilik cara pandang awal terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, tentunya
tidak terlepas dari cara pandang terhadap westernisasi atau upaya bangsa barat
memberikan pengaruh seluas-luasnya terhadap cara berfikir maupun pola hidup
kehidupan manusia modern saat ini. Maka dari itu, diperlukan suatu sikap dan
cara pandang yang terbaik dalam mensikapi hal-hal tersebut. Hassan Hanafi
dengan teori oksidentalismenya telah memberikan tawaran tentang cara pandang
Islam terhadap bangsa barat modern. Yang nantinya akan dapat melakukan
intermediasi terhadap alternatif-alternatif yang akan mendorong kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi Islam. Dengan mengambil sikap tertentu dapat
dilakukan revitalisasi ilmu pengetahuan dan menghubungkannya dengan kesadaran
pembaca dan madzhab utama dalam kebudayaan Islam.Berfikir dan bersikap jelas
dan didukung informasi, sehingga dapat menciptakan kebudayaandan membangun
peradaban seperti yang pernah terjadi pada tradisi lama Islam.
Dengan
demikian islamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dikembangkan dengan 3
(tiga) model pengembangan, yaitu :
1. Model purifikasi, pada model ini
diartikan sebagai pembersihan dan penyucian, yakni dengan berusaha
menyelenggarakan pengkudusan ilmu pengetahuan agar sesuai dan sejalan dengan
nilai dan norma islam. Seperti halnya yang telah digagas oleh Al-Faruqi dan
Al-Attas, yang telah merekomendasikan islamisasi ilmu pengetahuan dengan :
Penguasaan khasanan ilmu pengetahuan muslim, penguasaan khasanah pengetahuan
masa kini, identifikasi kekurangan ilmu pengetahuan itu dalam kaitannya dengan
ideal Islam, dan rekontruksi ilmu-ilmu itu sehingga menjadi suatu paduan yang
selaras dengan wawasan dan ideal Islam.
2. Model modernisasi Islam, yaitu
dengan membuka mata dunia Islam untuk cenderung mengembangkan pesan Islam dalam
konteks perubahan sosial dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta
melakukan liberalisasi pandangan yang adaftif terhadap kemajuan zaman tanpa
harus meninggalkan sikap kritis terhadap unsur negatif dari proses modernisasi,
sehingga ia lebih menampilkan kelenturan dan keterbukaan dalam menanggapi dunia
yang plural dan terus berubah. Dengan kata lain bersikap modern berarti bersikap
lentur, terbuka, ilmiah, rasional, progresif dan dinamis, serta tanpa segan
melakukan transformasi, akomodasi bahkan adopsi terhadap pemikiran dan temuan
dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Model neo-modernis, yaitu berupaya
memahami ajaran-ajaran dan nilai mendasar yang terkandung dalam Al-Qur’an dan
sunnah dengan mengikutsertakan dan mempertimbangkan khasanah intelektual muslim
klasik serta mencermati kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahan yang
ditawarkan oleh dunia ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Lain
dari pada itu, terdapat hal pokok yang tidak dapat dipisahkan dalam
pengembangan islamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu pendidikan sejak
dini. Sebab pendidikan yang berkonsepsi terhadap kontekstualitas ajaran-ajaran
Islam, akan memberikan bekal bagi para generasi mendatang, sehingga siap dan
sanggup menghadapi globalisasi dunia modern yang membawa dampak yang luar biasa
pada pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan Islam harus mampu
membangun paradigma sains Islam yang dilandasi atas tawhid, khilafah dan
‘ibadah.Di dalam paradigma inilah sains Islam bergerak melalui sarana ‘ilm
untuk menyebarkan ‘adl dan istishlah dan menghancurkan zhulm serta
dziya’.Konsep-konsep ‘adl,istishlah dan zhulm sangat luas
dan meliputi aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya, teknologi dan psikologi.
Lebih-lebih konsep tersebut bukan hanya terbatas pada manusia saja tetapi juga
mencakup makhluk-makhluq Tuhan yang lain termasuk lingkungan hidup.
Konsep-konsep halal dan haram, yang bergerak atas ‘adl dan
zhulm, menentukan ketanggapan sosial dan sifat tak berfaedah dari
sains.Semua yang bersifat merusak fisik, materi, emosi, budaya, lingkungan dan
rohani adalah haram; sementara semua yang mendukung parameter kebaikan
masyarakat adalah halal.Jadi aktifitas ilmiah yang mendukung keadilan
sosial dan mempertimbangkan kepentingan umum adalah halal; sementara
sains dan teknologi yang mendorong pengasingan dan dehumanisasi, konsumerisme
dan penumpukan kekayaan di tangan sejumlah kecil orang, pengangguran, perusakan
lingkungan adalah zhalim dan karena itu haram.Satu ciri utama
sains yang zhalim adalah merusak sumber daya manusia, lingkungan dan
rohani serta melahirkan pemborosan.Sains semacam ini karenanya dikatagorikan dziya’
(boros).Aktifitas sains yang menyebarkan ‘adl memperoleh keabsahannya dari istishlah
(kepentingan umum), yang merupakan salah satu sumber syariah Islam.
3.5 Masa
Kejayaan Islam di Bidang IPTEK
Ilmu pengetahuan
merupakan sesuatu yang selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman.Sedari dahulu
kala, perkembangan ilmu pengetahuan terus terjadi.Berbagai penemuan, ide,
pendapat, rumus, teknologi, dan berbagai karya-karya ilmiah lainnya, ditemukan
oleh berbagai ilmuwan besar di dunia.Penemuan tersebut seperti Thomas Alfa
Edison dengan Lampunya, Graham Bell dengan Teleponnya, dan masih banyak yang
lainnya. Selain ilmuwan besar di barat, islam juga memiliki banyak ilmuwan
besar yang berpengaruh terhadap perkembangan ilmu modern yang ada di sekitar
kita pada saat ini.
3.5.1 Kontribusi Islam dan Ilmuwan Muslim
dalam Perkembangan IPTEK
Peradaban Islam
pernah mengalami kondisi naik-turun, jatuh dan bangun. Berbagai peristiwa
tertulis di dinding perjalanan peradaban Islam. Namun masyarakat tidak akan
mudah untuk melupakan peradaban emas yang berlangsung saat itu. Banyak penemuan
ilmuwan besar pada zaman itu yang memiliki pengaruh yang cukup besar bagi umat
manusia.Perkembangan tersebut terjadi pada berbagai bidang ilmu
pengetahuan.Andalusia, sebagai pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam,
telah melahirkan ribuan ilmuwan dan menginsiprasi para ilmuwan barat untuk
belajar dari kemajuan IPTEK yang dibangun oleh kaum muslimin.
Catatan sejarah
Islam membuktikan betapa banyak para cendikiawan dan ilmuwan besar muslim yang
telah banyak berkontribusi dalam pengembangan ilmu di dunia ilmu pengetahuan
dunia. Cendikiawan dan ilmuwan Islam tersebut dalam hal ilmu, tidak kalah
dengan para ilmuwan barat.Hanya saja, keberadaan dari cendekiawan dan ilmuwan
tersebut tidaklah sepopuler para ilmuwan barat.Perkembangan ilmu pengetahuan
Islam dapat dibagi ke dalam tiga fase (Santoso, 2013).Tahap pertama, adalah
masa pewarisan dan penerjemahan.Pada masa ini dilakukan pengumpulan
berkas-berkas penulisan Yunani untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab.Institusi terkenal yang mengoleksi dan menerjemahkan tersebut salah
satunya adalah Baitul Hikmah yang dibangun pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun dari
Dinasti Abbasiyah.Tahap kedua, adalah masa pengklasifikasian cabang-cabang ilmu
kemudian merumuskan metode ilmiah dalam mempelajari dan membuktikannya.Tahap
ketiga, adalah masa pengembangan dan penemuan ilmu-ilmu pengetahuan baru.
Pada abad
pertengahan, muncul para pakar-pakar cendikiawan muslim seperti Ibnu Sina yang
terkenal dengan bukunya Qanun Fi Attib (the Canon), yang disebut-sebut sebagai
inspirator utama kebangkitan ilmu pengetahuan barat dalam ilmu kedokteran.
Kemudian, Islam juga mengenal Penemu Gaya Gravitasi Al-Biruni, Bapak Sosiologi
Politik Ibnu Khaldun, Jabir ibnu Hayyan sebagai penemu Ilmu Kimia, Ibnu Majid
penemu Kompas dan Navigator. Al-Khawarizmi (bapak aljabar dan geografi), Abu
Al-Zahrawi (bapak bedah, penemu hemofilia), Ibnu Haitham (penemu teknik
fotografi, optik dan energi solar), Ibnu Rusyd (perintis ilmu jaringan tubuh),
Ibnu Nafis (penemu peredaran darah paru-paru), dan lain-lain.Namun, nama-nama
cendekiawan tersebut jarang disebut dalam rujukan pendidika. Murid sekolah
menengah pertama jika ditanya siapakah penemu peredaran darah, mereka akan
menjawab William Harvey.
Berikut di atas
adalah contoh mengenai bagaimana ilmuwan dan cedekiawan Islam di masa keemasan
islam menorehkan prestasinya atas karya-karyanya dalam perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Tidak hanya berhenti pada zaman pertengahan,
perjuangan ilmuwan muslim untuk berkontribusi pada perkembangan ilmu
pengetahuan masih berjalan hingga abad ke-20 ini (Iskandar, 2011). Di Eropa,
pada abad millenium ini Islam pun memiliki Dr. Mehmet Oz, dokter bedah yang
diakui di Amerika Serikat (AS).Kontribusi gemilang Mehmet Oz sebagai ahli bedah
jantung di AS mendapat pengakuan dari majalah Time sebagai salah satu dari 100
orang yang berpengaruh di dunia.
Mehmet Oz, nama
yang mengingatkan kita pada kehebatan Sultan Mehmet II dari Kerajaan Usmani
lahir pada 12 Juni 1960. Mehmet merupakan keturunan Turki.Dokter bedah yang
dalam setahun sukses melakukan 400 operasi bedah itu lahir di Cleveland,
Ohio.Sang ayah juga merupakan seorang ilmuwan terkemuka bernama Profesor
Mustafa Oz. Mehmet Oz melakukan studi ilmu pendidikannya di Tower Hill School
di Wilmington, Delaware. Pada tahun 1982, dia meraih gelar sarjananya dari
Harvard University.Empat tahun kemudian, Mehmet meraih gelar MBA dari
University of Pennsylvania School of Medicine dan The Wharton School.Saat ini,
Mehmet adalah seorang guru besar Ilmu Bedah Jantung di Columbia University.Dia
juga tercatat sebagai pemimpin Heart Assist Device Program.Selain itu, Mehmet
merupakan seorang pendiri Complementary Medicine Program di
NewYork-Presbyterian Hospital.Salah satu penelitiannya adalah bedah ganti
jantung.Mehmet semakin diakui kiprahnya di bidang ilmu bedah jantung di AS dan
dunia setelah mampu menghasilkan 350 artikel orisinil yang dimuat berbagai
media bergengsi di dunia.
Dia pun banyak menulis
buku.Selain itu, dia sukses mengoperasi jantung 400 pasien dalam setahun.Saat
ini, Mehmet pun dipercaya menjadi direktur Siga Technologies sebuah perusahaan
bioteknologi di Amerika Serikat.Selain didaulat majalah Time sebagai 100 tokoh
berpengaruh dunia, Mehmet pun sempat didapuk sebuah majalah terkemuka lainnya
di AS menjadi dokter spesialis bedah jantung nomor satu di New York.Mehmet bisa
dikatakan telah melanjutkan kiprah yang pernah dicatat Al-Zahrawi sebagai
seorang dokter bedah Muslim terkemuka di abad ke 10 M.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah yang
berjudul “Pandangan Dunia Tauhid dan Penerapannya Dalam IPTEK” yaitu Tauhid
dapat berarti keyakinan atas relitas tunggal, tanpa ada sekutu baginya dalam
zat, sifat dan pernuatanNYA serta tidak ada yang menyamainya. Tauhid merupakan
konsep dasar agama samawi yang artinya semua nabi dan rasul yang diutus Allah
mereka semua membawa ajaran Tauhid.Sedamgkan istilah teknologi merupakan produk
ilmu pengetahuan.Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu
unsure budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan.Meskipun
pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik, obyektif dan netral, dalam
situasi tertentu teknologi tidak netral karena memiliki potensi untuk merusak
potensi kekuasaan.Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi.
Sebuah
agenda Islamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak lain adalah proses
pengembalian atau pemurnian ilmu pengetahuan yang ada kepada prinsip yang
hakiki, yakni tauhid, kesatuan makna kebenaran dan kesatuan sumber. Dari ketiga
proses ini lah kemudian diturunkan aksiologi (tujuan), epistemologi (metodologi)
dan ontologi (obyek) ilmu pengetahuan.Melalui prinsip pertama (tauhid),
ilmu pengetahuan tidaklah dimanfaatkan melulu pada praktis, tetapi juga
dimanfaatkan untuk memahami eksistensi yang hakiki dari alam dan manusia.Ilmu
pengetahuan terus dikembangkan dengan tetap berpegang bahwa Allah swt adalah
sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan.Dengan itu, ilmu pengetahuan selalu
mengantarkan umat pada peningkatan keimanan.Hal tersebut ditegaskan oleh
Kuntowijoyo bahwa ada 3 macam kesatuan yakni kesatuan pengetahuan, kesatuan
kehidupan, dan kesatuan sejarah.Kesatuan pengetahuan berarti pengetahuan harus
menuju kebenaran yang satu.Kesatuan hidup berarti hapusnya perbedaan antara
ilmu yang sarat nilai dengan ilmu yang bebas nilai.Sementara kesatuan sejarah
artinya pengetahuan harus mengabdi kepada umat dan pada manusia. Prinsip kedua (kesatuan makna
kebenaran) akan membebaskan ilmu pengetahuan dari sekularisme. Dengan prinsip
ini tidak akan ada lagi istilah kebenaran ilmiah dan kebenaran relijius. Yang
ada adalah kebenaran tunggal, baik kebenaran ilmiah maupun kebenaran relijius.
Prinsip ini akan melahirkan kompromi dan interaksi yang terus menerus antara
hasil-hasil ilmu pengetahuan dengan interpretasi kajian syari’ah. Interpretasi
syari’ah tentang realitas diuji oleh hasil-hasil ilmu pengetahuan. Demikian
pula sebaliknya, hasil ilmu pengetahuan akan diuji oleh hasil kajian syari’ah.
Hal ini
dikarenakan kebenaran tunggal datang dari Allah swt.Prinsip ketiga menjadikan
alam dan Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan.Dengan demikian, kedua
sumber ilmu pengetahuan, baik ayat kauniyah maupun ayat qouliyah memiliki
posisi yang penting dalam mencapai kebenaran.Prinsip ini menopang prinsip
kedua, karena ayat-ayat Allah selalu benar sehingga tidak ada kontradiksi
antara keduanya.Jika belum terjadi ketidaksesuaian, maka kesalahan terletak
pada manusia dalam memformulasikan ayat kauniyah atau dalam melakukan
interpretasi ayat qouliyah.Bukan pada ayat-ayat itu sendiri.
4.2 Kritik
dan Saran
Dengan selesainya penyusunan makalah ini, tim
penyusun berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Sehingga tim penyusun berharap agar pembaca dapat memberikan kritikan serta
saran mengenai penyusunan makalah ini agar kedepannya dalam penyusunan makalah
untuk selanjutnya bisa legih baik lagi. Sekian dan terima kasih.Wassalam.
Daftar Pustaka
AL-Quran
Fauzan,
zhalih. 2001. Kitab Tauhid 1 :
Yogyakarta
UNHAS
MKU, UPT. 2013. Pendidikan Agama Islam
: Makassar
Abullah,
Al-Fauzan. 2010. Kitab Tauhid 1 :
Jakarta
Rochmah N. 2004. Islam Untuk Disiplin Ilmu Teknologi :
Jakarta.
Santoso, Joko. 2013. Kontribusi Islam dalam Ilmu Pengetahuan.Diakses
dari <http://masjack78.blogspot.com/p/filsafat-ilmu.html>.
Iskandar, Lucky A. 2011.Dr. Mehmet Oz ilmuwan muslim abad 20. Diakses dari <http://cafeungu.blogspot.com/2011/10/dr-mehmet-oz-ilmuwan-muslim-abad-20.html>.
1 comment:
Terima kasih atas segala maklumat yang disediakan. Semoga berjaya dalam seluruh kehidupan.
Post a Comment